I. LATAR BELAKANG
Rheumatik bukan suatu penyakit, tetapi merupakan sydrom golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sydrom cukup banyak, namun semuanya merupakan suatu persamaan ciri, menurut kesepakatan para ahli hematologi rematik dapat terungkap sebagai keluhan dan atau tanda dari kesepakatan dinyatakan ada 3 keluhan utama pada sistem muskulosektal yaitu; nyeri, kekakuan (rasa kaku dan kelemahan, serta ada tiga tanda utama, yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot dan gangguan gerak (Surarto, 1982).
Rheumatik dapat terjadi pada semua umur dari anak-anak sampai usila, atau sebagai kelanjutan, sebelum usia lanjut dan gangguan rheumatik akan meningkatnya umur (Felson 1999, Sunarto & Wardoyo 1994).
Rheumatik yang sering tampak pada usila adalah: osteortitis, osteoporosis, terdinitis, gersitis, fibromyalagia, low back, pain, or to proty crystal bukan calcium phatose (BCP). Bout Artritis Rheumatoid, Polymyalgia, rheumatica dan artritis (Bjelle, 1994).
1.2 Sebab-sebab Gangguan Rheumatik pada Usila
Rheumatik merupakan syndroma, hingga saat ini lebih 100 macam penyakit yang diklasifikasikan golongan rheumatik pada usila sebab-sebab gangguan rheumatik dapat dikelompokan sebagai berikut:
Mekanik
- Penyakit sendi degeneratif (oteoastritis)
- Stenosis spiral
Metabolik
- Osteoporosis miyasdema penyakit praget
Kegarasan
- Antropati karsino matosa / neorominopati
- Dematomipatis osteoatropati hepar tropika
Pengaruh obat
Radang
- Polymalgia Rheumatika
- Temporal (giant cell) artritis
- Gout
1.3 Beberapa Rheumatik pada lansia
1.3.1 Osteo artritis
Disebut juga penyakit sendi degenaratif atau artritis hypertropi penyakit ini merupakan penyakit kerusakan hilan rawan sendi yang berlubang sangat berhubungan dengan lansia, secara klinis ditandai dengan nyeri defermitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak pada sendi dan hambatan gerak sendi. Etiologi:
Tidak diketahui dengan pasti
Patofisiologi
Akibat peningkatan aktifitas enzim yang merusak makro molekul matriks H rawan, sendi (proteoglikan dan colagen) terjadi kerusakan tulang rawan secara progresif dan pembentukan H baru pada lesi H rawan sendi serta tepi sendi
(ostefit).
1.3.2 Artritis Rheumatoid
Artritis Rheumatoid, meskipun jarang dapat timbul pada lansi atau kelanjutan penyakit saat muda.
Artritis Rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama polyartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Manifestasi klinis:
1. Kaku pada pagi hari (morning stifnes)
2. Artritis 3 daerah
3. Artritis pada persendian tangan
4. Artritis Simetris
5. Modul Rheumatoid
6. Faktor Rheumatoid serum positif
7. Terdapat perubahan gambaran radiologis
1.3.3 Gout
Dapat timbul sebelum usila, yang berlangsung sampai usila gout sering terjadi pada pria, Artritis gout adalah suatu syndrom klinis mempunyai gambaran khusus yaitu Artritis akut.
1.3.4 Pseuda Gout
Pseudo Gout merupakan saluran kristal kalsium pito prosphat pada sendi terutama pada lansia yang menimbulkan Artritis akut dan kronik.
Manifestasi Klinis:
Serangan mirip gout paling sering pada lutut, jarang pada ibu jari kaki
1.4 Asuhan Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada lansia
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronik)
berhubungan dengan agen pencidera : biologik, fisik /psikologik (contoh:
spasme otot, penyakit sendi, usila anxietas)
Keluhan kaku s/d nyeri
Prilaku distraksi / melindungi
Perubahan trones otot: responden autonomik
Kriteria
Keluhan nyeri dapat dikontrol
Menampilkan keterampilan, relaxsasi dan aktifitas terapeutik sesuai indikasi relaksasi individu
Tampak rilek, mampu istirahat tidur dan beraktifitas sehari-hari
Intervensi
1. Kaji adanya kekakuan sendi sampai adanya nyeri, perhatikan intensitas, lamanya dan lokasinya
2. Perhatikan aktifitas mobilisasi ekstremitas
Contoh: ambilasi terapi fisik dan gerakan dan gerakan pasif
1.4.1 Gangguan pergerakan (kerusakan mobilisasi fisik) berhubungan dengan
nyeri keram (kekuan sendi)
gangguan muskulosektual
pembatasan pergerakan sendi ditandai dengan:
kesulitan bergerak sesuai tujuan dalam lingkungan fisik
rentang gerak terbatas: turunnya kekuatan / kontrol otot
Kriteria hasil / evaluasi
mempertahankan posisi fungsi dibuktikan dengan tidak adanya kontraktur
menunjukkan peningkatan kekuatan dan fungsi sendi serta tungkai yang sakit
Intervensi
1. Kaji tingkat pergerakan sendi
2. Pertahankan tirah baring awal dengan sendi yang sakit pada posisi yang dianjurkan dan tubuh.
3. Tingkatkan partisipasi
Contoh: pada lutut latihan, fleksi, ekstensi, ismetrik
4. Observasi pembatasan gerak berdasarkan keluhan
5. Dorong partisipasi aktifitas sehari-hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar